Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
Hai Sahabat Blogger!!
Apa kabar?
Kali ini saya akan berbagi makalah nich!! Mohon disimak
yach!!
PALAGAN
AMBARAWA
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT. atas selesainya pekerjaan makalah ini. Makalah
ini disusun berdasarkan materi PALAGAN AMBARAWA DI SEMARANG. Pada makalah ini
berfokus kepada bagaimana perjuangan para Pahlawan kita di Palagan Ambarawa
yang telah gugur. Dengan memahami makalah ini, kita dapat mengetahui perjuangan
para Pahlawan kita dulu.
Dengan dibuatnya makalah ini, kami
dari
kelompok 5 mengharapkan agar para teman-teman dapat mengetahui peristiwa apa saja yang terjadi di Palagan Ambarawa. Akhirnya, kami berharap agar makalah ini dapat berguna bagi kami dari kelompok 5 dan teman-teman yang lain.
kelompok 5 mengharapkan agar para teman-teman dapat mengetahui peristiwa apa saja yang terjadi di Palagan Ambarawa. Akhirnya, kami berharap agar makalah ini dapat berguna bagi kami dari kelompok 5 dan teman-teman yang lain.
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
Watampone, 5 Oktober 2011
Kelompok V
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………… V
Daftar Isi …………………………………………………………………… VI
Awal Pertempuran …………………………………………………… 1
Peristiwa Pertempuran …………………………………………………… 2
Akhir Pertempuran …………………………………………………… 3
Daftar Pustaka ………………………………………………………… 4
Awal
Pertempuran Ambarawa
Pada tanggal 20 Oktober 1945,
tentara Sekutu mendarat di Semarang dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel
yang semula diterima dengan baik oleh rakyat karena akan mengurus tawanan
perang. Pada awalnya, pendaratan Sekutu di Semarang bertujuan untuk melucuti
senjata tentara Jepang dan mengurus tawanan perang tentara Jepang yang ada di
Jawa Tengah dan bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr.
Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan
keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, dan Sekutu berjanji tidak akan
mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan
NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan
tentara Belanda, secara diam-diam tentara Sekutu telah mengikutkan tentara NICA
dan mempersenjatai para bekas tawanan perang di Ambarawa dan Magelang. Tindakan
ini akhirnya dapat diketahui oleh Indonesia dan menimbulkan insiden yang
kemudian meluas menjadi sebuah pertempuran terbuka. Di Magelang, tentara Sekutu
bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat
kekacauan. TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas
tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka
selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang
berhasil menenangkan suasana.
Setelah terjadi insiden di Magelang
antara TKR dengan tentara Sekutu maka pada tanggal 2 November 1945 Presiden
Soekarno dan Brigadir Jend. Bethel mengadakan perundingan gencatan senjata.
Setelah diadakannya perundingan, secara diam-diam tentara Sekutu mulai
meninggalkan Magelang dan mundur ke Ambarawa pada tanggal 21 November 1945.
Resimen Kedu Tengah dibawah pimpinan
Letkol M. Sarbini melakukan pengejaran terhadap tentara Sekutu dan meletuslah
pertempuran di Ambarawa. Gerak mundur tentara Sekutu ini tertahan karena
dihadang oleh pasukan Angkatan Muda pimpinan Sastrodihardjo yang memperkuat
gabungan pasukan dari Ambarawa, Suruh, dan Solo di Desa Lambu. Di Desa Ngipik,
tentara Sekutu kembali dihadang di Batalyon Soerjosoempeno. Pada saat
pengunduran diri, tentara Sekutu mencoba menduduki dua Desa disekitar Ambarawa.
Dalam usaha merebut kedua Desa tersebut, gugurlah Letnan Kolonel Isdiman,
Komandan Resimen Banyumas. Dengan gugurnya Beliau, Komando pasukan dipegang
oleh Letkol Soedirman, Panglima Divisi V di Purwokerto, dan terjun langsung
memimpin pertempuran.
Jenderal Soedirman sebagai pemimpin
pasukan menegaskan perlunya mengusir tentara sekutu dari Ambarawa secepat
mungkin. Sebab sekutu akan menjadikan Ambarawa sebagai basis kekuatan untuk
merebut Jawa Tengah. Dengan semboyan ”Rawe-rawe rantas malang-malang putung,
patah tumbuh hilang berganti”, pasukan TKR memiliki tekad bulat membebaskan
Ambarawa atau dengan pilihan lain gugur di pangkuan ibu pertiwi.
Kehadiran Kol. Soedirman memberikan
napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Kolonel Soedirman mengkoordinir
komandan-komandan sektor untuk menyusun strategi penyerangan terhadap musuh.
Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor.
Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto,
Magelang, Semarang,
dan lain-lain.
Peristiwa
Pertempuran Ambarawa
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari
mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di
kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia
terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan
Yon. Soegeng. Tentara Sekutu
mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menusuk ke tempat
kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke
Bedono.
Serangan pembebasan Ambarawa yang
berlangsung selama empat hari empat malam dilancarkan dengan penuh semangat
pantang mundur. Dari tanggal 12 Desember hingga 15 Desember 1945, para pejuang
tidak menghiraukan desingan-desingan peluru maut lawan. Tetapi sebelumnya, pada
tanggal 11 Desember 1945, Kol. Soedirman
mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar perjuangan yang
secara serentak akan mengepung musuh yang bertahan di benteng Wille, yang
terletak di tengah-tengah kota Ambarawa.
Letusan tembakan dengan tembakan
mitraliur sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan Ambarawa
terdengar tepat pukul 4.30 WIB pada tanggal 12 Desember 1945. Pejuang yang
telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran
yang telah ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di
segala sektor.
Seketika, dari segala penjuru
Ambarawa penuh suara riuh dengan desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan
granat. Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang
kabut. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang - Ambarawa dikuasai oleh
kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman
langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau
pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Dan
karena merasa terjepit, akhirnya pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran
berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa, dan Sekutu mundur menuju ke
Semarang.
Akhir
Pertempuran Ambarawan
Sekira pukul 16.00 WIB, Jalan Raya
Ambarawa - Semarang berhasil dikuasai TKR dan pengepungan musuh dalam kota
Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah pertempuran jarak dekat. Musuh
mulai mundur pada tanggal 14 Desember 1945. Persediaan logistik maupun amunisi
musuh sudah jauh berkurang. Akhirnya, pasukan sekutu mundur dari Ambarawa
sambil melancarkan aksi bumi hangus pada tanggal 15 Desember 1945, pukul 17.30
WIB.
Pertempuran berakhir dengan
kemenangan gemilang dari TKR. Benteng pertahanan sekutu yang tangguh berhasil
direbut pasukan TKR. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada tanggal 15 Desember
1945 dan keberhasilan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian diabadikan
dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa. TNI AD memperingati tanggal tersebut
setiap tahun sebagai Hari Infanteri.
Berdasar Keputusan Presiden RI No.
163/1999, Hari Infanteri kemudian diganti dengan nama Hari Juang Kartika. Dan
sampai sekarang setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari Infanteri.
Kemenangan pertempuran ini kini
diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan
diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
DAFTAR
PUSTAKA
Triyanto, Niken Yuniari, Rumiyati
2006 IPS Terpadu Wajar dari Graham Pustaka.
Sutarto, Sunardi, Nanang Herjunanto
dll, 2008 IPS untuk SMP/MTs Kelas IX Pusat Perbukuan BSE.
www.google.co.id
(tambahin url ditempat
anda mengambil makalah ini!)
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
No comments:
Post a Comment