Wednesday 19 February 2014

MAKALAH PALAGAN AMBARAWA


Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
Hai Sahabat Blogger!!
Apa kabar?
Kali ini saya akan berbagi makalah nich!! Mohon disimak yach!!
PALAGAN AMBARAWA

KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

     Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas selesainya pekerjaan makalah ini. Makalah ini disusun berdasarkan materi PALAGAN AMBARAWA DI SEMARANG. Pada makalah ini berfokus kepada bagaimana perjuangan para Pahlawan kita di Palagan Ambarawa yang telah gugur. Dengan memahami makalah ini, kita dapat mengetahui perjuangan para Pahlawan kita dulu.

     Dengan dibuatnya makalah ini, kami dari
kelompok 5 mengharapkan agar para teman-teman dapat mengetahui peristiwa apa saja yang terjadi di Palagan Ambarawa. Akhirnya, kami berharap agar makalah ini dapat berguna bagi kami dari kelompok 5 dan teman-teman yang lain.
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Watampone, 5 Oktober 2011


Kelompok V



DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………… V

Daftar Isi …………………………………………………………………… VI

Awal Pertempuran …………………………………………………… 1

Peristiwa Pertempuran …………………………………………………… 2

Akhir Pertempuran …………………………………………………… 3

Daftar Pustaka ………………………………………………………… 4


Awal Pertempuran Ambarawa
     Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Semarang dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel yang semula diterima dengan baik oleh rakyat karena akan mengurus tawanan perang. Pada awalnya, pendaratan Sekutu di Semarang bertujuan untuk melucuti senjata tentara Jepang dan mengurus tawanan perang tentara Jepang yang ada di Jawa Tengah dan bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr. Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, dan Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, secara diam-diam tentara Sekutu telah mengikutkan tentara NICA dan mempersenjatai para bekas tawanan perang di Ambarawa dan Magelang. Tindakan ini akhirnya dapat diketahui oleh Indonesia dan menimbulkan insiden yang kemudian meluas menjadi sebuah pertempuran terbuka. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana.
Setelah terjadi insiden di Magelang antara TKR dengan tentara Sekutu maka pada tanggal 2 November 1945 Presiden Soekarno dan Brigadir Jend. Bethel mengadakan perundingan gencatan senjata. Setelah diadakannya perundingan, secara diam-diam tentara Sekutu mulai meninggalkan Magelang  dan mundur ke Ambarawa pada tanggal 21 November 1945.
Resimen Kedu Tengah dibawah pimpinan Letkol M. Sarbini melakukan pengejaran terhadap tentara Sekutu dan meletuslah pertempuran di Ambarawa. Gerak mundur tentara Sekutu ini tertahan karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda pimpinan Sastrodihardjo yang memperkuat gabungan pasukan dari Ambarawa, Suruh, dan Solo di Desa Lambu. Di Desa Ngipik, tentara Sekutu kembali dihadang di Batalyon Soerjosoempeno. Pada saat pengunduran diri, tentara Sekutu mencoba menduduki dua Desa disekitar Ambarawa. Dalam usaha merebut kedua Desa tersebut, gugurlah Letnan Kolonel Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Dengan gugurnya Beliau, Komando pasukan dipegang oleh Letkol Soedirman, Panglima Divisi V di Purwokerto, dan terjun langsung memimpin pertempuran.
     Jenderal Soedirman sebagai pemimpin pasukan menegaskan perlunya mengusir tentara sekutu dari Ambarawa secepat mungkin. Sebab sekutu akan menjadikan Ambarawa sebagai basis kekuatan untuk merebut Jawa Tengah. Dengan semboyan ”Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh hilang berganti”, pasukan TKR memiliki tekad bulat membebaskan Ambarawa atau dengan pilihan lain gugur di pangkuan ibu pertiwi.
     Kehadiran Kol. Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Kolonel Soedirman mengkoordinir komandan-komandan sektor untuk menyusun strategi penyerangan terhadap musuh. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari YogyakartaSolo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
Peristiwa Pertempuran Ambarawa
     Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan Yon. Soegeng. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menusuk ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.
     Serangan pembebasan Ambarawa yang berlangsung selama empat hari empat malam dilancarkan dengan penuh semangat pantang mundur. Dari tanggal 12 Desember hingga 15 Desember 1945, para pejuang tidak menghiraukan desingan-desingan peluru maut lawan. Tetapi sebelumnya, pada tanggal 11 Desember 1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar perjuangan yang secara serentak akan mengepung musuh yang bertahan di benteng Wille, yang terletak di tengah-tengah kota Ambarawa.
     Letusan tembakan dengan tembakan mitraliur sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan Ambarawa terdengar tepat pukul 4.30 WIB pada tanggal 12 Desember 1945. Pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor.
     Seketika, dari segala penjuru Ambarawa penuh suara riuh dengan desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan granat. Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang kabut. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang - Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Dan karena merasa terjepit, akhirnya pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa, dan Sekutu mundur menuju ke Semarang.
Akhir Pertempuran Ambarawan
     Sekira pukul 16.00 WIB, Jalan Raya Ambarawa - Semarang berhasil dikuasai TKR dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada tanggal 14 Desember 1945. Persediaan logistik maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang. Akhirnya, pasukan sekutu mundur dari Ambarawa sambil melancarkan aksi bumi hangus pada tanggal 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB.
     Pertempuran berakhir dengan kemenangan gemilang dari TKR. Benteng pertahanan sekutu yang tangguh berhasil direbut pasukan TKR. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945 dan keberhasilan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian diabadikan dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa. TNI AD memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri.
     Berdasar Keputusan Presiden RI No. 163/1999, Hari Infanteri kemudian diganti dengan nama Hari Juang Kartika. Dan sampai sekarang setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari Infanteri.
     Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
palagan

DAFTAR PUSTAKA
     Triyanto, Niken Yuniari, Rumiyati 2006 IPS Terpadu Wajar dari Graham Pustaka.
     Sutarto, Sunardi, Nanang Herjunanto dll, 2008 IPS untuk SMP/MTs Kelas IX Pusat Perbukuan BSE.
     www.google.co.id
       (tambahin url ditempat anda mengambil makalah ini!)

Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.


No comments: